UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN
PENYIMPANGAN SOSIAL
1. Upaya
Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga
Keluarga merupakan tempat awal seseorang menyerap nilai- nlai dan norma-norma sosial. Melalui keluargalah kepribadian seseorang terbentuk. Segala bentuk perilaku yang dilakukan seseorang erat kaitannya dengan sikap mental kepribadiannya. Keluarga sebagai peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sangat berperan besar dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha pencegahan terhadap segala bentuk perilaku menyimpang.
Keluarga merupakan tempat awal seseorang menyerap nilai- nlai dan norma-norma sosial. Melalui keluargalah kepribadian seseorang terbentuk. Segala bentuk perilaku yang dilakukan seseorang erat kaitannya dengan sikap mental kepribadiannya. Keluarga sebagai peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sangat berperan besar dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha pencegahan terhadap segala bentuk perilaku menyimpang.
a. Melalui
penanaman nilai-nilai dan norma agama
Setiap orang tua memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan agama dan keyakinan yang ia anut. Oleh karena itu, orang tua memiliki kewajiban mengarahkan anak-anaknya untuk berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya.
Apabila proses penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam ajaran agama dapat ditanamkan sejak dini kepada diri anak-anak, maka ia akan memiliki sikap mental yang kokoh, sehingga tidak tergiur untuk melakukan perilaku menyimpang meskipun dalam situasi yang sangat sulit. Sebab salah satu ciri khas orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah kuat dan tabah menghadapi berbagai cobaan dan tetap bersandarkan kepada kekuasaan Tuhan dalam bentuk tetap taat menjalankan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga
Bagi seorang anak, orang tua adalah sandaran hidupnya. Sebelum mengenal orang lain, seorang anak memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang terpenuhi dari keluarga menjadikan anak merasa betah di rumah dan tidak mencari perhatian dan kesenangan di luar rumah. Kenakalan remaja tumbuh karena anak merasa tidak memperoleh perhatian yang cukup dari orang tua, sehingga ia melakukan apa yang dianggapnya menyenangkan di luar rumah.
c. Keteladanan orang tua
Meskipun belum ada penelitian yang menyatakan bahwa or- ang tua yang berperilaku menyimpang akan menurunkan anak-anak yang berperilaku menyimpang pula, namun yang pasti adalah anak-anak membutuhkan sosok idola bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Jika dalam keseharian orang tua menunjukkan perilaku yang menyimpang, misalnya merokok, meminum minuman keras, berjudi, maka secara tidak sadar anak telah terbiasa mengalami sosialisasi terhadap subkebudayaan menyimpang tersebut. Karena kebiasaan merokok dilakukan oleh orang tuanya, maka anak menganggap bahwa merokok merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh orang tua, sehingga dalam benak anak berkembang paham yang keliru bahwa merokok merupakan salah satu ciri-ciri kedewasaan. Bahkan tidak mustahil karena banyaknya orang-orang dewasa di sekitarnya yang merokok membuat anak terpengaruh meskipun orang tua di rumah tidak merokok. Mengapa demikian? Meniru hal yang baik bukan sesuatu yang mudah, tetapi meniru hal-hal yang buruk dan menyimpang bukan hal yang sulit. Maka orang tua kadangkala terkejut ketika mengetahui bahwa anaknya di sekolah terlibat tawuran, padahal di rumah dikenal sebagai anak yang penurut, pendiam, rajin, dan taat beribadah seperti yang dicontohkan orang tuanya.
Setiap orang tua memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan agama dan keyakinan yang ia anut. Oleh karena itu, orang tua memiliki kewajiban mengarahkan anak-anaknya untuk berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya.
Apabila proses penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam ajaran agama dapat ditanamkan sejak dini kepada diri anak-anak, maka ia akan memiliki sikap mental yang kokoh, sehingga tidak tergiur untuk melakukan perilaku menyimpang meskipun dalam situasi yang sangat sulit. Sebab salah satu ciri khas orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah kuat dan tabah menghadapi berbagai cobaan dan tetap bersandarkan kepada kekuasaan Tuhan dalam bentuk tetap taat menjalankan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga
Bagi seorang anak, orang tua adalah sandaran hidupnya. Sebelum mengenal orang lain, seorang anak memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang terpenuhi dari keluarga menjadikan anak merasa betah di rumah dan tidak mencari perhatian dan kesenangan di luar rumah. Kenakalan remaja tumbuh karena anak merasa tidak memperoleh perhatian yang cukup dari orang tua, sehingga ia melakukan apa yang dianggapnya menyenangkan di luar rumah.
c. Keteladanan orang tua
Meskipun belum ada penelitian yang menyatakan bahwa or- ang tua yang berperilaku menyimpang akan menurunkan anak-anak yang berperilaku menyimpang pula, namun yang pasti adalah anak-anak membutuhkan sosok idola bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Jika dalam keseharian orang tua menunjukkan perilaku yang menyimpang, misalnya merokok, meminum minuman keras, berjudi, maka secara tidak sadar anak telah terbiasa mengalami sosialisasi terhadap subkebudayaan menyimpang tersebut. Karena kebiasaan merokok dilakukan oleh orang tuanya, maka anak menganggap bahwa merokok merupakan perilaku yang wajar dilakukan oleh orang tua, sehingga dalam benak anak berkembang paham yang keliru bahwa merokok merupakan salah satu ciri-ciri kedewasaan. Bahkan tidak mustahil karena banyaknya orang-orang dewasa di sekitarnya yang merokok membuat anak terpengaruh meskipun orang tua di rumah tidak merokok. Mengapa demikian? Meniru hal yang baik bukan sesuatu yang mudah, tetapi meniru hal-hal yang buruk dan menyimpang bukan hal yang sulit. Maka orang tua kadangkala terkejut ketika mengetahui bahwa anaknya di sekolah terlibat tawuran, padahal di rumah dikenal sebagai anak yang penurut, pendiam, rajin, dan taat beribadah seperti yang dicontohkan orang tuanya.
2. Upaya
Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Masyarakat
Kalian mungkin pernah melihat tayangan di televisi, saat seorang pelaku tindak kejahatan diwawancarai, ia mengatakan telah khilaf melakukan kejahatan karena terpengaruh oleh media massa yang memuat tentang tindak kejahatan. Demikian pula pengakuan para pecandu narkoba maupun pelaku kenakalan remaja yang menjadikan pengaruh lingkungan sebagai kambing hitam penyebab ia terjerumus.
Bisa saja apa yang diungkapkan pelaku penyimpangan itu merupakan alibi (alasan) agar ia dibebaskan dari sanksi hukum, tetapi tidak menutup kemungkinan apa yang diungkapkan itu merupakan sebuah kebenaran. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas bahkan tergantung pada lingkungan sosialnya. Jika dalam kehidupan masyarakat, perilaku menyimpang dianggap hal yang biasa atau wajar, maka akan bermunculanlah pelaku-pelaku penyimpangan sosial. Untuk membentuk suatu masyarakat yang teratur, selain dibutuhkan kesadaran dari masing-masing warga, juga diperlukan adanya kontrol sosial dari masyarakat.
Namun kenyataannya kontrol sosial masyarakat terhadap perilaku-perilaku menyimpang menunjukkan gejala ke arah yang makin longgar. Misalnya prostitusi yang merupakan bentuk penyimpangan sosial, namun kenyataannya masyarakat baru merasa resah dan terganggu ketika prostitusi mulai menunjukkan aktivitas yang menyolok. Ketika baru ada sepasang remaja yang menggunakan taman untuk berdua- duaan tidak ada orang yang mempedulikan, bahkan mungkin masyarakat merasa itu bukan urusannya. Namun setelah berkembang menjadi buah bibir bahwa taman itu telah terjadi transaksi para PSK, baru masyarakat ramai-ramai merasa resah. Oleh karena itu, masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial perlu melakukan upaya pencegahan terhadap penyimpangan sosial dalam bentuk:
a. Melalui pertemuan dalam lingkup RT para warga saling mengungkapkan perlunya menjaga keteraturan sosial dan melakukan peringatan jika ada hal-hal yang dianggap menyimpang
b. Menciptakan suasana yang kondusif bagi terbentuknya keteraturan sosial. Misalnya mewadahi kegiatan remaja melalui kegiatan karang taruna dengan arah dan tujuan yang positif.
c. Memasang peringatan atau ajakan agar warga selalu tetap menjaga keteraturan sosial, misalnya diberlakukannya aturan bagi setiap tamu yang bermalam harus melapor ke RT, pengamen dan pemulung dilarang masuk ke pemukiman, dan sebagainya.
d. Peran serta media massa untuk menyiarkan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan hal-hal yang seharusnya dihindari, karena kadangkala masyarakat menganggap apa yang dilakukan sudah benar, padahal sebenarnya tidak demikian.
e. Peran serta kaum pemuka agama untuk menanamkan kesadaran kepada para pengikutnya agar menjalankan ajaran sesuai dengan nilai dan norma agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap pengikutnya dengan penuh kesadaran mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Jangan sampai agama justru dikorbankan sebagai kedok untuk menyembunyikan penyimpangan sosial yang telah dilakukan.
f. Peran serta sekolah sebagai institusi pendidikan untuk menerapkan tata tertib dilengkapi sanksi dan tindakan tegas bagi siswa yang melanggarnya
Kalian mungkin pernah melihat tayangan di televisi, saat seorang pelaku tindak kejahatan diwawancarai, ia mengatakan telah khilaf melakukan kejahatan karena terpengaruh oleh media massa yang memuat tentang tindak kejahatan. Demikian pula pengakuan para pecandu narkoba maupun pelaku kenakalan remaja yang menjadikan pengaruh lingkungan sebagai kambing hitam penyebab ia terjerumus.
Bisa saja apa yang diungkapkan pelaku penyimpangan itu merupakan alibi (alasan) agar ia dibebaskan dari sanksi hukum, tetapi tidak menutup kemungkinan apa yang diungkapkan itu merupakan sebuah kebenaran. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas bahkan tergantung pada lingkungan sosialnya. Jika dalam kehidupan masyarakat, perilaku menyimpang dianggap hal yang biasa atau wajar, maka akan bermunculanlah pelaku-pelaku penyimpangan sosial. Untuk membentuk suatu masyarakat yang teratur, selain dibutuhkan kesadaran dari masing-masing warga, juga diperlukan adanya kontrol sosial dari masyarakat.
Namun kenyataannya kontrol sosial masyarakat terhadap perilaku-perilaku menyimpang menunjukkan gejala ke arah yang makin longgar. Misalnya prostitusi yang merupakan bentuk penyimpangan sosial, namun kenyataannya masyarakat baru merasa resah dan terganggu ketika prostitusi mulai menunjukkan aktivitas yang menyolok. Ketika baru ada sepasang remaja yang menggunakan taman untuk berdua- duaan tidak ada orang yang mempedulikan, bahkan mungkin masyarakat merasa itu bukan urusannya. Namun setelah berkembang menjadi buah bibir bahwa taman itu telah terjadi transaksi para PSK, baru masyarakat ramai-ramai merasa resah. Oleh karena itu, masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial perlu melakukan upaya pencegahan terhadap penyimpangan sosial dalam bentuk:
a. Melalui pertemuan dalam lingkup RT para warga saling mengungkapkan perlunya menjaga keteraturan sosial dan melakukan peringatan jika ada hal-hal yang dianggap menyimpang
b. Menciptakan suasana yang kondusif bagi terbentuknya keteraturan sosial. Misalnya mewadahi kegiatan remaja melalui kegiatan karang taruna dengan arah dan tujuan yang positif.
c. Memasang peringatan atau ajakan agar warga selalu tetap menjaga keteraturan sosial, misalnya diberlakukannya aturan bagi setiap tamu yang bermalam harus melapor ke RT, pengamen dan pemulung dilarang masuk ke pemukiman, dan sebagainya.
d. Peran serta media massa untuk menyiarkan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan hal-hal yang seharusnya dihindari, karena kadangkala masyarakat menganggap apa yang dilakukan sudah benar, padahal sebenarnya tidak demikian.
e. Peran serta kaum pemuka agama untuk menanamkan kesadaran kepada para pengikutnya agar menjalankan ajaran sesuai dengan nilai dan norma agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap pengikutnya dengan penuh kesadaran mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Jangan sampai agama justru dikorbankan sebagai kedok untuk menyembunyikan penyimpangan sosial yang telah dilakukan.
f. Peran serta sekolah sebagai institusi pendidikan untuk menerapkan tata tertib dilengkapi sanksi dan tindakan tegas bagi siswa yang melanggarnya
3. Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam
Sekolah
Pendidik di lingkungan sekolah
memegang peran utama dalam mengarahkan anak agar tidak melakukan berbagai
penyimpangan sosial.
Berbagai hal yang dapat dilakukan
guru/pendidik:
a. Menciptakan
hubungan yang harmonis dengan setiap anak didiknya.
b. Menanamkan
nilai-nilai agama, disiplin, budi pekerti, moral.
c. Selalu
mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.
d. Memberi
kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri.
e. Bersedia
mendengar keluhan siswa serta mampu membantu mecari solusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar