A . Kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara di Indonesia
1. Masyarakat
Berburu dan Meramu
Pada
masa ini, keadaan bumi masih dalam keadaan labil. Permukaan bumi masih
beruba-ubah bentuknya, sungai-sungai yang ada masih sering berpindah aliran
dengan tiba-tiba, dan keadaan seperti ini masih terus berlangsung selama kurang
lebih 600.000 tahun.
Perkembangan
kebudayaan pada masa ini berjalan dengan sangat lambat, karena manusia sangat
bergantung pada alam. Makanan diperoleh dengan cara berburu,mengumpulkan
umbi-umbian dan menangkap ikan. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil, al
ini untuk memudahkan lagkah dan gerak mereka dalam mengikuti binatang buruan,
atau mengumpulkan makanan.
Ada
2 hal yang menyebabkan masyarakat pada masa ini cnderung selalu berpindah.
Pertama, binatang buruan dan umbian telah berkurang ditempat mereka diami saat
itu. Kedua,binatang buruan akan berpindah tempat pada musim kemarau
untuk mencari sumbr air yang ebih baik untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam
setiap kelompok terdapat seorang oemimpin yang mereka pilih dari kelompoknya
sendiri. Pemilihan pemimpin dengan cara ini meggunakan sistem primus
interpares, yaitu memilih yang terkuat secara fisik dan dianggap mempunyai
pandangan yang lebih luas dari keseluruhan orang yang ada didalm kelompoknya.
Untuk
keperluan berburu mereka juga menciptakan alat bantu yang terbuat dari batu
dengan bentuk yang masih sangat sederhana. Dalam kehidupan seosial mereka juga
membutuhkan alat komunikasi. Manusia pada saat itu menggunakan bahasa yang
sederhana, dengan dibantu isyarat muka, tangan dan anggota tubuh lainnya.
Meskipun
hidup berpindah-pindah tempat, manusia urba juga telah memiliki naluri untuk
melindungi diri dari binatang buas,fenomena alam, dan lain-lain. Mereka jga
berusaha mencari tempat tinggal seperti di gua-gua.
Beberapa
hal yang dilakukan manusia purba untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupannya, yaitu :
a. Menciptakan
berbagai alat dari batu dan tulang untuk membantu kekurangan dan kemampuan
fisik mereka.
b. Hidup dalam
kelompok-kelompok agar saling membantu jika menghadapi bahaya.
c. Hidup
berpindah tempat (nomaden) mencari daerah yang dekat dengan sumber
air dan binatang buruan sehingga kebutuhan makanan selalu terpenuhi.
2. Masyarakat berburu dan
meramu tingkat lanjut
Masyaraat
berburu dan meramu tingkat lanjut ini diperkirakan berlangsung sampai pada zama
pleistosen akhir. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam meskipun sebagian
manusia purba ini mulai lama tinggal di suatu tempat (semi sekunder).
Pada
kehidupan yang telah setengan menetap ini mereka lebih lama tinggal digua-gua
yang mempunyai ceruk yang dalam untuk menghindarkan diri dari binatang buas.
Ceruk-ceruk gua yang mereka tinggali ini disebut dengan abris sous
roche.
Karena
tidak lagi berpindah-pindah tempat, mereka memiliki waktu luang untuk melakukan
hal lain seperti membuat lukisan didinding gua yang mereka tinggali.
Lukisan-lukisan yang mereka buat pada umumnya masih berkaitan dengan
kepercayaan awal seperti penghormatan kepada arwah nenek moyang,dan sebagainya.
3.
Masyarakat Bercocok Tanam dan Berternak
Masa
ini merupakan tahapan yang penting bagi perkembangan kehidupan sosial ekonomi
manusia purba. Selain mulai mengenal cara-cara bercocok tanam merekapun telah
mengenal cara-cara berternak. Pada masa ini telah ditemukan tanda-tanda
kehidupan menetap dalam sebuah perkampungan.
Dalam
corak kehidupan bercocok tanm mereka mulai menggarap tanahnya dan berusaha
menyimpan makanan dengan cara mengawetkan. Cara ini disebut berhuma.
Jumlah
mereka dalam kelompok juga bertambah banyak dan berkembang menjdi sebuah
masyarakat perdesaan yang memiliki tata aturan dan pemimpin yang kuat dan
berwibawa
4. Masyarakat
Perundagian
Masyarakat
perundagian telah mengenal pembagian kerja yang lebih terspesialisasi, artinya
bekerja sesuai dengan keterampilan masing-masing. Pengertian undagi sama
dengan tukang, artinya orang yang memiliki keterampilan atau kemampuan dalam
melakukan pekerjaan tertentu. Masyarakat pada masa ini telah memiliki
kehidupan yang menetap(sedenter). Merea mendiami desa-desa dipegunungan,
dataran rendah, tepi pantai, dala kehidupan yang semakin teratur da terpimpi.
Hasi
kebudayaan berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyak didapatinya
benda-bnda hasil budaya yang terbuat dari perunggu,besi dan gerabah yang sudah
halus buataannya.
Mata
pencaharian masyarakat perudagian bertumpu pada kegiatan pertanian dengan cara
berladang atau bersawah. Mereka sudah mengenal sistem irigasi sehingga tanaman
mereka tidak lagi tergantung sepenuhnya dengan hujan. Sistembarter juga
terjadi pada masa ini.
Kepercayaan
dalam masyarakat perundagian memiliki kedudukan yang penting. Ini terbukti
dengan ditemukannya berbagai jenis alat yang digunakan untuk melaksanakan
upacara dan banunan-bangunan tempat pemujaan.
B. Kebudayaan
Masyarakat Awal di Indonesia
1.
Zaman Paleothikum
Zaman ini merupakan zaman tertua di Indonesia, pada zaman ini terdapat 2
kebudayaan yaitu kebudayaan Ngandong dan kebudayaan Pacitan.
Disebut demikian kerena dilandasi oleh kesimpulan bahwa bukti-bukti peninggalan
arkeologis baik berupa fosil ataupun artefak banyak ditemukan dikedua daerah
tersebut. Didalam kebudayaan Pacitan banyak ditemukan alat-alat dari batu yang
disebut kapak genggam, yang sering kai dikenal dengan istilah chopper.
Sedangka didalam kebudayaan Ngandong banyak ditemukan artefak dari tulang dan
kapak genggam yang mempunyai ciri khas.
2.
Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum berlangsung pada zaman holosen. Perkembangan kebudayaan
zaman ini berlangsung lebih cepat dari masa sebelumnya, hal ini disebabkan
antara lain oleh :
a. Keadaan alam
yang sudah lebih stabil
b. Manusia pendukungnya
adalah Homo sapiens merupakan mahluk yang lebih cerdas dari pendahulunya.
Hasil
kebudayaan zaman ini anatara lain adalah lapak Sumatera atau lebih dikeal
dengan kapak genggam(pebble culture), alat-alat dari tulang(bone
culture) dan tradisi serpih bilah (flakes culture). Alat-alat dari
tulang banyak ditemukan di Sampung oleh Van Stein Callenfels. Ia melakukn
penelitian di abris sous roche atau Gua Lawa didaerah Sampung.
Bersamaan dengan ditemukannya alat-alat dari tulang ini ditemukan pula fosil
manusia Papua Melanosoide yang merupakan nenek moyang
bangsa papua sekarang.
Kebudayaan
kapak genggam banyak ditemukan di daerah Sumatera Utara, berama Kjokkenmoddinger atau
sampah dapur. Hasil kebudayaan lain yang cukup menonjol adalah lukisan gua.
3.
Zaman Neolithikum
Zaman Neolithikum disebut juga dengan zaman batu muda, hasil kebudayaannya yang
menonjol adalah kapak persegi dan kapak lonjong.
Hasil
budaya lain yang tak kalah penting dari masa ini adalah tradisi gerabah.
Gerabah berfungsi sebagai wadah atau tempat dan alat keperluan rumah tangga
yang dipergunakan sehari-hari. Namun, dibanyak tempat gerabah pada masa ini
juga digunakan sebagai tempat tulang-tulang manusia.
4.Zaman
Megalithikum
Megalithikum berasal dari kata mega yang artinya besar danlithos yang
berarti batu. Ciri khas kebudayaan pada zaman ini adaah berupa bangunan dari
batu-batu besar. Sistem kepercayaan berupa pemujaan kepada roh nenek moyang
berkembang dengan pesat. Bangunan batu besar merupakan media untuk kegiatan
tersebut. Hasil kebudayaan masa ini antara lain :
Menhir
Merupakan batu tegak yang diletakkan dengan sengaja disuatu tempat untuk
memperingati orag yang sudah meninggal.
Menhir
Punden
Berundak-undak
Adalah kuburan yang dibuat diatas bangunan berundak yang biasanya terdiri atas
satu atau lebih undak-undakan yang terbuat dari tanah dengan pinggiran yang
dibuat dari batu kali.
Kubur
Batu
Bentuknya seperti bangunan kubur berbentuk seperti peti, tersusun atas 6 buah
yang terdiri dari 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar.
Sarcophagus
Sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup diatasnya. Pada dinding muka
sarcophagus biasanya diberi ukiran yang berbentuk manusia dan binatang.
5.Zaman
Logam
Kebudayaan perunggu menyebar ke Indonesia pada sekitar tahun 500 SM. Hasil
kebudayaannya meliputi nekara,moko,kapak corong,candrasa,arca perunggu, dan
manik-manik.
Nekara
Nekara memiliki fungsi sebagai alat upacara, bentuknya seperti genderang besar
berpinggang ditengahnya dan berbahan dasar perunggu.
Kapak Corong
Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena bentuknya yang menyerupai
sepatu. Kapak jenis ini digunakan sebagai alat upacara atau sebagai tanda
kebesaran dari kepala suku dan pemimpin masyarakat yang lain.
Candrasa
Candrasa sering dibuat dalam bentuk sangat indah, penuh dengan ragam hias.
Candrasa merupakan bukti bahwa kemampuan bangsa Indonesia dalam membuat
benda-benda logam (perunggu) pada masa itu sudah sangat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar