Senin, 23 Maret 2015

KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

A . Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pra-aksara di Indonesia
1.    Masyarakat Berburu dan Meramu
Pada masa ini, keadaan bumi masih dalam keadaan labil. Permukaan bumi masih beruba-ubah bentuknya, sungai-sungai yang ada masih sering berpindah aliran dengan tiba-tiba, dan keadaan seperti ini masih terus berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun.
Perkembangan kebudayaan pada masa ini berjalan dengan sangat lambat, karena manusia sangat bergantung pada alam. Makanan diperoleh dengan cara berburu,mengumpulkan umbi-umbian dan menangkap ikan. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil, al ini untuk memudahkan lagkah dan gerak mereka dalam mengikuti binatang buruan, atau mengumpulkan makanan.

Ada 2 hal yang menyebabkan masyarakat pada masa ini cnderung selalu berpindah. Pertama, binatang buruan dan umbian telah berkurang ditempat mereka diami saat itu. Kedua,binatang buruan akan berpindah tempat pada musim kemarau untuk mencari sumbr air yang ebih baik untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam setiap kelompok terdapat seorang oemimpin yang mereka pilih dari kelompoknya sendiri. Pemilihan pemimpin dengan cara ini meggunakan sistem primus interpares, yaitu memilih yang terkuat secara fisik dan dianggap mempunyai pandangan yang lebih luas dari keseluruhan orang yang ada didalm kelompoknya.
Untuk keperluan berburu mereka juga menciptakan alat bantu yang terbuat dari batu dengan bentuk yang masih sangat sederhana. Dalam kehidupan seosial mereka juga membutuhkan alat komunikasi. Manusia pada saat itu menggunakan bahasa yang sederhana, dengan dibantu isyarat muka, tangan dan anggota tubuh lainnya.
Meskipun hidup berpindah-pindah tempat, manusia urba juga telah memiliki naluri untuk melindungi diri dari binatang buas,fenomena alam, dan lain-lain. Mereka jga berusaha mencari tempat tinggal seperti di gua-gua.

Beberapa hal yang dilakukan manusia purba untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya, yaitu :
a.     Menciptakan berbagai alat dari batu dan tulang untuk membantu kekurangan dan kemampuan fisik mereka.
b.    Hidup dalam kelompok-kelompok agar saling membantu jika menghadapi bahaya.
c.      Hidup berpindah tempat (nomaden) mencari daerah yang dekat dengan sumber air dan binatang buruan sehingga kebutuhan makanan selalu terpenuhi.

2.    Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut
Masyaraat berburu dan meramu tingkat lanjut ini diperkirakan berlangsung sampai pada zama pleistosen akhir. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam meskipun sebagian manusia purba ini mulai lama tinggal di suatu tempat (semi sekunder).
Pada kehidupan yang telah setengan menetap ini mereka lebih lama tinggal digua-gua yang mempunyai ceruk yang dalam untuk menghindarkan diri dari binatang buas. Ceruk-ceruk gua yang mereka tinggali ini disebut dengan abris sous roche.
Karena tidak lagi berpindah-pindah tempat, mereka memiliki waktu luang untuk melakukan hal lain seperti membuat lukisan didinding gua yang mereka tinggali. Lukisan-lukisan yang mereka buat pada umumnya masih berkaitan dengan kepercayaan awal  seperti penghormatan kepada arwah nenek moyang,dan sebagainya.
3.    Masyarakat Bercocok Tanam dan Berternak
Masa ini merupakan tahapan yang penting bagi perkembangan kehidupan sosial ekonomi manusia purba. Selain mulai mengenal cara-cara bercocok tanam merekapun telah mengenal cara-cara berternak. Pada masa ini telah ditemukan tanda-tanda kehidupan menetap dalam sebuah perkampungan.
Dalam corak kehidupan bercocok tanm mereka mulai menggarap tanahnya dan berusaha menyimpan makanan dengan cara mengawetkan. Cara ini disebut berhuma.
Jumlah mereka dalam kelompok juga bertambah banyak dan berkembang menjdi sebuah masyarakat perdesaan yang memiliki tata aturan dan pemimpin yang kuat dan berwibawa

4.    Masyarakat Perundagian
Masyarakat perundagian telah mengenal pembagian kerja yang lebih terspesialisasi, artinya bekerja sesuai dengan keterampilan masing-masing. Pengertian undagi sama dengan tukang, artinya orang yang memiliki keterampilan atau kemampuan dalam melakukan pekerjaan tertentu.  Masyarakat pada masa ini telah memiliki kehidupan yang menetap(sedenter). Merea mendiami desa-desa dipegunungan, dataran rendah, tepi pantai, dala kehidupan yang semakin teratur da terpimpi.
Hasi kebudayaan  berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyak didapatinya benda-bnda hasil budaya yang terbuat dari perunggu,besi dan gerabah yang sudah halus buataannya.
Mata pencaharian masyarakat perudagian bertumpu pada kegiatan pertanian dengan cara berladang atau bersawah. Mereka sudah mengenal sistem irigasi sehingga tanaman mereka tidak lagi tergantung sepenuhnya dengan hujan. Sistembarter juga terjadi pada masa ini.
Kepercayaan dalam masyarakat perundagian memiliki kedudukan yang penting. Ini terbukti dengan ditemukannya berbagai jenis alat yang digunakan untuk melaksanakan upacara dan banunan-bangunan tempat pemujaan.

B. Kebudayaan Masyarakat Awal di Indonesia
1. Zaman Paleothikum
     Zaman ini merupakan zaman tertua di Indonesia, pada zaman ini terdapat 2 kebudayaan yaitu kebudayaan Ngandong dan kebudayaan Pacitan. Disebut demikian kerena dilandasi oleh kesimpulan bahwa bukti-bukti peninggalan arkeologis baik berupa fosil ataupun artefak banyak ditemukan dikedua daerah tersebut. Didalam kebudayaan Pacitan banyak ditemukan alat-alat dari batu yang disebut kapak genggam, yang sering kai dikenal dengan istilah chopper. Sedangka didalam kebudayaan Ngandong banyak ditemukan artefak dari tulang dan kapak genggam yang mempunyai ciri khas.

2. Zaman Mesolithikum
     Zaman Mesolithikum berlangsung pada zaman holosen. Perkembangan kebudayaan zaman ini berlangsung lebih cepat dari masa sebelumnya, hal ini disebabkan antara lain oleh :
a.     Keadaan alam yang sudah lebih stabil
b.    Manusia pendukungnya adalah Homo sapiens merupakan mahluk yang lebih cerdas dari pendahulunya.
Hasil kebudayaan zaman ini anatara lain adalah lapak Sumatera atau lebih dikeal dengan kapak genggam(pebble culture), alat-alat dari tulang(bone culture) dan tradisi serpih bilah (flakes culture). Alat-alat dari tulang banyak ditemukan di Sampung oleh Van Stein Callenfels. Ia melakukn penelitian di abris sous roche atau Gua Lawa didaerah Sampung.
     Bersamaan dengan ditemukannya alat-alat dari tulang ini ditemukan pula fosil manusia Papua Melanosoide yang merupakan nenek moyang bangsa  papua sekarang.
Kebudayaan kapak genggam banyak ditemukan di daerah Sumatera Utara, berama Kjokkenmoddinger atau sampah dapur. Hasil kebudayaan lain yang cukup menonjol adalah lukisan gua.

3. Zaman Neolithikum
     Zaman Neolithikum disebut juga dengan zaman batu muda, hasil kebudayaannya yang menonjol adalah kapak persegi dan kapak lonjong.

Hasil budaya lain yang tak kalah penting dari masa ini adalah tradisi gerabah. Gerabah berfungsi sebagai wadah atau tempat dan alat keperluan rumah tangga yang dipergunakan sehari-hari. Namun, dibanyak tempat gerabah pada masa ini juga digunakan sebagai tempat tulang-tulang manusia.
4.Zaman Megalithikum
     Megalithikum berasal dari kata mega yang artinya besar danlithos yang berarti batu. Ciri khas kebudayaan pada zaman ini adaah berupa bangunan dari batu-batu besar. Sistem kepercayaan berupa pemujaan kepada roh nenek moyang berkembang dengan pesat. Bangunan batu besar merupakan media untuk kegiatan tersebut. Hasil kebudayaan masa ini antara lain :

Menhir
     Merupakan batu tegak yang diletakkan dengan sengaja disuatu tempat untuk memperingati orag yang sudah meninggal.
 Menhir
Punden Berundak-undak
     Adalah kuburan yang dibuat diatas bangunan berundak yang biasanya terdiri atas satu atau lebih undak-undakan yang terbuat dari tanah dengan pinggiran yang dibuat dari batu kali.
Kubur Batu
     Bentuknya seperti bangunan kubur berbentuk seperti peti, tersusun atas 6 buah yang terdiri dari 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar.

Sarcophagus
     Sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup diatasnya. Pada dinding muka sarcophagus biasanya diberi ukiran yang berbentuk manusia dan binatang.

5.Zaman Logam
     Kebudayaan perunggu menyebar ke Indonesia pada sekitar tahun 500 SM. Hasil kebudayaannya meliputi nekara,moko,kapak corong,candrasa,arca perunggu, dan manik-manik.
Nekara
    Nekara memiliki fungsi sebagai alat upacara, bentuknya seperti genderang besar berpinggang ditengahnya dan berbahan dasar perunggu.

Kapak Corong
     Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena bentuknya yang menyerupai sepatu. Kapak jenis ini digunakan sebagai alat upacara atau sebagai tanda kebesaran dari kepala suku dan pemimpin masyarakat yang lain.


Candrasa
     Candrasa sering dibuat dalam bentuk sangat indah, penuh dengan ragam hias. Candrasa merupakan bukti bahwa kemampuan bangsa Indonesia dalam membuat benda-benda logam (perunggu) pada masa itu sudah sangat tinggi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar