Senin, 23 Maret 2015

MOBILITAS SOSIAL

social-mobility1

MOBILITAS SOSIAL
A. PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL
Secara etimologis, kata mobilitas merupakan terjemahan dari kata mobility yang berkata dasar mobile (bahasa Inggris). Kata mobile berarti aktif, giat, gesit, sehingga mobility adalah gerakan. Secara harfiah, social mobility berarti gerakan dalam masyarakat.
Berikut ini beberapa definisi tentang mobilitas sosial menurut para ahli:
• Mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dar satu kedudukan atau tingkat sosial ke yang lainnya. Hal itu mungkin berupa naik ke atas dalam tangga sosial, memanjat ke puncak, atau terjun ke bawah. (Craig alhoun, dkk., 1997: 194)
• Mobilitas sosial adalah gerakan orang per orang, keluarga-keluarga atau kelompok-kelompok dari satu kedudukan sosial ke yang lainnya. (Borgatta&Borgatta, 1992: 429)
• Mobilitas sosial telah didefinisikan sebagai gerakan melalui ‘ruang sosial’ dari satu kategori status (asal) ke kategori sosial lainnya (tujuan). Mobilitas sosial dipandang sebagai perubahan dalam posisi sosial atau status sosial. (David L. Sills, 1968: 1872)
• Istilah mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang berbeda. (Anthony Giddens, 1993: 239)
• Mobilitas sosial dapat didefinisikan sebagai tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. (Horton & Hunt, 1984: 369)
• Mobilitas sosial diartikan sebagai suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. (Soerjono Soekanto, 1982: 243)
Berbagai definisi di atas menunjukkan beberapa hal penting mengenai mobilitas sosial, yaitu sebagai berikut:
• Inti dari mobilitas adalah perpindahan status sosial. Perpindahan ini berkaitan dengan pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat.
• Pihak yang bergerak, atau berpindah adalah manusia warga masyarakat baik sebagai orang per orang, atau kelompok sosial termasuk keluarga di dalamnya.
• Bergeraknya atau berpindahnya orang per orang atau kelompok dalam pelapisan sosial itu bisa bersifat vertikal 9ke atas atau ke bawah) namun juga dapat bersifat horizontal (ke samping).
• Perpindahan itu menyangkut status, kedudukan sosial ekonomi, posisi atau kelas sosial dari seseorang atau kelompok tertentu di masyarakat.
B. JENIS-JENIS MOBILITAS SOSIAL
1. Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah pergerakan atau perpindahan orang atau kelompok ke atas atau ke bawah dalam sebuah pelapisan sosial. Menurut Giddens (1993), mobilitas vertikal berarti gerakan ke atas atau ke bawah dalam skala sosial ekonomi. Jadi, mereka yang memperoleh kekayaan, penghasilan atau kedudukan disebut mengalami gerak ke atas (social climbing), sedangkan yang kehilangan kekayaan, penghasilan atau kedudukan disebut mengalami gerak ke bawah (social sinking).
2. Mobilitas Horizontal (Lateral)
Mobilitas horizontal menunjuk pada gerakan seseorang atau kelompok dari satu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang masih berada pada satu ranking sosial. Dapat pula berupa perpindahan seseorang atau kelompok secara geografis dari satu tempat tinggal, kota atau wilayah ke tempat tinggal, kota atau wilayah lain. Oleh karena itu, mobilitas ini sering disebut juga sebagai mobilitas geografis, walau orang atau kelompok yang mengalami mobilitas horizontal tidak selalu harus melakukan mobilitas geografis.
3. Mobilitas intragenerasi dan Antargenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah perpindahan status yang dialami oleh seseorang dalam masa hidupnya. Ada pula yang berpendapat bahwa mobilitas intragenerasi adalah perubahan kedudukan sosial seseorang selama kehidupan dewasanya. Contoh, seorang yang mulai bekerja sebagai kasir di bank namun kemudian berhasil menjadi kepala cabang pada bank yang bersangkutan disebut mengalami mobilitas vertikal naik dalam suatu generasi.
Mobilitas antargenerasi adalah perubahan status yang dicapai seseorang yang berbeda dari status orang tuanya. Dalam mobilitas antargenerasi, yang berubah adalah status anak-anak jika dibandingkan dengan status orang tuanya. Jadi mobilitas antargenerasi adalah perubahan kedudukan yang terjadi sesudah terjadi perubahan generasi, yaitu perubahan kedudukan anak dibandingkan kedudukan orang tuanya.
4. Mobilitas Struktural dan Pertukaran
Mobilitas struktural adalah mobilitas sosial yang dihasilkan dari perubahan-perubahan distribusi status-status dalam masyarakat. Contoh, jabatan militer umumnya dihargai tinggi dalam situasi perang, krisis hubungan luar negeri atau dalam negara otoriter/totaliter. Pada masa rde Baru, jabatan ini amat dihargai karena militer memainkan peranan penting dalam pemerintahan negara. Kini, setelah kehidupan ditata semakin demokratis dan peran militer dibatasi sesuai porsinya, penghargaan masyarakat terhadap jabatan militer tak setinggi di masa lalu.
Dalam mobilitas pertukaran, beberapa orang muncul naik untuk mengisi posisi-posisi jabatan berstatus tinggi karena orang lain gagal atau jatuh dalam sistem kedudukan yang ada. Istilah pertukaran menunjuk pada terjadinya trade-off atau tukar menukar antarkedudukan sosial.
C. PROSES DAN DAMPAK MOBILITAS SOSIAL
1. Faktor-faktor Mobilitas Sosial
Faktor adalah penyebab adanya fakta atau keadaan tertentu. Horton & Hunt (1984) menyebutkan bahwa tingkat mobilitas dalam masyarakat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor struktur dan faktor individu.
Faktor struktur adalah faktor yang menentukan jumlah dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor ini terdiri atas:
a. Struktur pekerjaan
b. Struktur ekonomi
c. Perbedaan fertilitas/kesuburan
d. Penunjang dan penghambat mobilitas (lembaga pendidikan, peraturan perundangan, lembaga pelatihan tenaga kerja)
Sedangkan faktor-faktor individual akan banyak berpengaruh dalam menentukan siapa yang akan mencapai kedudukan tinggi. Faktor-faktor individual ini mencangkup:
a. Perbedaan bakat/kemampuan
b. Perilaku yang berorientasi kepada mobilitas (mengikuti pendidikan, kebiasaan kerja, menunda kesenangan, penguasaan ‘cara bermain’ (rule of the game), konsistensi antara tujuan dan usaha mencapainya)
c. Faktor kemujuran
2. Saluran-saluran Mobilitas Sosial
Karya klasik dari Pitirim A. Sorokin (1928) mencatat bahwa saluran-saluran terpenting bagi mobilitas sosial adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, organisasi ekonomi, dan keahlian.
3. Dampak Mobilitas Sosial
Terjadinya mobilitas sosial memberikan dampak terhadap masyarakat tempat berlangsungnya mobilitas tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari mobilitas sosial adalah sebagai berikut:
a. Mobilitas sosial memungkinkan masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan yang ada dengan orang yang paling ahli di bidangnya
b. Mobilitas sosial juga memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mencapai tujuan hidupnya.
c. Dengan terbukanya kesempatan bagi mobilitas sosial, maka dimungkinkan berlangsungnya perkembangan kepribadian warga masyarakat secara optimal.
Sedangkan dampak negatif dari mobilitas sosial dapat berpengaruh pada individu maupun kelompok yang mengalami mobilitas, antara lain sebagai berikut:
a. Dampak negatif mobilitas sosial bagi individu
Dampak negatif yang dialami oleh individu yang mengalami mobilitas vertikal ke atas seperti ketegangan dalam mempelajari peran baru dari jabatan barunya, keretakan hubungan antaranggota kelompok primer karena berpindah ke status yang lebih tinggi, kekhawatiran akan beban tanggung jawab baru dan kerenggangan hubungan antar anggota keluarga karena meningkatnya kesibukan yang ditimbulkan oleh jabatan yang baru itu.
Dampak negatif juga dialami oleh individu yang mengalami mobilitas vertikal ke bawah, seperti gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing (alienasi), dan keterpencilan sosial (social distance).
b. Dampak negatif mobilitas sosial bagi kelompok
Mobilitas sosial vertikal ke atas yang dialami kelompok sosial tertentu dapat juga menimbulkan dampak negatif dalam bentuk konflik sosial. Dalam kenyataannya, mobilitas naik suatu kelompok sering dibarengi dengan tergusurnya kelompok lain dari posisi yang ada.
Mobilitas sosial vertikal ke bawah yang dialami kelompok sosial tertentu dapat juga menimbulkan dampak negatif, dalam bentuk keterlibatan mereka dalam tindakan-tindakan yang asosial. Kekerasan, pemerasan, dan sejenisnya menjadi penyubur bagi bibit-bibit konflik sosial yang ada di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar