KERAJAAN MAKASSAR
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil, seperti Goa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Kerajaan besar ialah Goa dan Tallo. Keduanya lebih dikenal sebagai kerajaan Makassar. Puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin (1654-1670)
Pertempuran besar meletus pada 1666 di masa Sultan Hasanuddin. VOC di bawah pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru Palaka, Raja Bone. Hasanuddin kalah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Isinya sangat merugikan rakyat Makassar, yakni :
a. Wilayah Makassar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
b. Kapal Makassar dilarang berlayar tanpa seizin VOC
c. Makassar tertutup untuk semua bangsa kecuali VOC dengan hak monopolinya
d. Semua benteng harus dihancurkan, kecuali benteng ujung pandang yang kemudian namanya diganti menjadi benteng Rotterdam.
e. Makassar harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit.
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makassar. Karena itu, disusunlah hokum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu’e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar